Sungai Musi adalah
sebuah sungai yang terletak di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia dengan
panjang sungai sekitar 750 km dan merupakan sungai yang terpanjang di Pulau
Sumatera. Sejak masa keemasan Kerajaan Sriwijaya, sungai Musi ini terkenal
sebagai sarana utama transportasi kerajaan dan masyarakat. Ini tetap berlanjut
pada masa pemerintahan kesultanan Palembang Darussalam.
Hingga kini pun sungai Musi masih menjadi alternatif jalur
transportasi ke daerah tertentu dan untuk kepentingan tertentu. Beberapa
industri yang ada di sepanjang aliran sungai Musi juga memanfaatkan keberadaan
sungai Musi ini.
Sumber mata air utama sungai Musi berasal dari daerah Kepahiang,
Bengkulu,
dan bermuara di 9 (sembilan) anak sungai besar, yaitu Sungai Komering, Rawas,
Batanghari, Leko, Lakitan, Kelingi, Lematang, Semangus, dan Ogan. Batanghari
Sembilan sendiri merupakan ungkapan untuk sembilan sungai besar ini.
Sungai Musi membelah Kota Palembang menjadi dua bagian kawasan,
yaitu kawasan Seberang Ilir di bagian utara dan Seberang Ulu di bagian selatan.
Sungai Musi, bersama dengan sungai lainnya, membentuk sebuah delta di dekat
Kota Sungsang. Keberadaan Sungai Musi membelah Kota Palembang masih memberi
citra tersendiri bagi warganya.
Sungai Tengkuruk tahun 1910
Jalan Tengkuruk tahun
1930, salah satu contoh sungai (Sungai Tenguruk) di kota Palembang yang sudah
berubah menjadi jalan raya
Alur pelayaran sungai Musi memiliki banyak tikungan. Di beberapa
titik bahkan terjadi penyempitan alur. Kedalaman alur sangat tergantung dengan
pasang surut air laut. Perbedaan pasang surut antara muara sungai Musi dengan
Pelabuhan Boom Baru berkisar enam jam. Sehingga kapal-kapal yang mau masuk ke
pelabuhan harus bisa menyesuaikan jadwal dengan kondisi ini.
Pasang surut Sungai Musi
antara 30 cm sampai 275 cm bersifat harian tunggal. Artinya, kalau sedang
surut, maka kapal harus menunggu satu hari baru dapat berjalan. Dalam kondisi
begitu, sungai ini hanya bisa dilayari kapal berukuran sedang (draft sampai
tujuh meter) selama enam jam per hari.
Sungai Musi memberikan
pada penduduknya satu watak yang khas, bagaikan watak sungai tersebut, yaitu
tenang di permukaan tetapi menghanyutkan di bawahnya. Inilah watak semon (semu)
dari penduduk kota ini. Di samping itu arus pasang surut yang sangat berbeda di
permukaan sungai, merupakan watak kontroversial dari penduduk yang lemah lembut
yaitu dia dapat bereaksi di luar dugaan.
Tetapi kebiasaan
masyarakat kota Palembang saat ini sangat lah buruk. Ini dapat dilihat dari
berbagai macam kegiatan yang dilakukan di sungai dan dapat merusak sungai salah
satunyanya adalah membuang samah di sungai. Pada saat musim hujan seperti
sekarang ini, kita dapat melihat sungai kecil yang melalui kota Palembang di
penuhi dengan sampah yang berserakan dimana mana dan menghambat arus air. Ini
terbukti dapat menyebabkan banjir.
Hal lain yang dapat
merusak ekosistem sungai adalah kegiatan mencuci di pinggiran sungai. Dewasa
ini penggunaan deterjen pada saat mencuci adalah hal yang lumrah. Tetapi tidak
bagi orang-orang di tepian sungai yang mencuci dengan deterjen dan bahan kimia yang
ada dalam deterjen itu merusak ekosistem sungai yang ada.
Selain itu, pabrik
PT.PUSRI yang ada di pinggiran sungai musi terbukti membuang limbah pabrik ke
sungai dan mencemarkan ekosistem sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar